Monday, November 30, 2015

CONTOH CERPEN 1000 KATA

CONTOH CERPEN 1000 KATA BERJUDUL  ASAL-USUL DESA KOWAK YANG MENCERITAKAN KEHIDUPAN DESA KOWAK PADA ZAMAN DAHULU


Asal Usul Desa Kowak
                Suatu pagi kulihat matahari terbit dari ufuk timur, kudengar suara nyaring kokokan ayam yang membangunkan ku dari mimpi yang indah.Tanpa kusadari kaki ku sudah melangkah keluar dan kududuk dibawah pohon rindang  yang daun nya melambai-lambai karena diterpa angin yang segar, yang banyak dihinggapi burung - burung kecil yang sedang berkicau, seakan - akan kusedang mendengarkan lantunan musik yang merdu. Dan kuhirup udara pagi itu, aku merasakan udara yang sejuk dan asri. Dan kulihat di sekeliling ku banyak bunga warna warni yang diatasnya ada kupu - kupu yang sedang menikmati keharuman dari bunga bunga itu, bagai pelangi kecil yang bersinar dan di temani beraneka ragam daun kecil yang sudah mengering dan ranting - ranting yang berserakan tak beraturan. Seperti itulah gambaran desaku, tempat dimana aku dilahirkan oleh kedua orang tuaku. Yang disebut dengan desa Kowak, desa kecil sejuta cerita.
            Kowak adalah istilah jawa yang artinya “Lubang” atau istilah lain “Krowak”. Pemakaian kata kowak berasal dari sebuah tragedi tragis yang dialami oleh salah satu tetua desa, yaitu Pak Inggi. Ketika itu Ia sedang dalam perjalanan pulang dari desa Wanar kecamatan Pucuk. Satu - satu nya alat transportasi yang berlaku pada saat itu adalah Kuda.
            Sebelum istilah “Kowak” digunakan nama sebelumnya adalah desa “Wono Sari”. Wono sendiri artinya hutan, sedangkan Sari berarti bunga. Sebutan Wono Sari itu tentu masuk akal, mengingat hingga saat ini sebagian besar wilayah Kowak adalah wilayah yang banyak sawah nya dan ditumbuhi pepohonan - pepohonan yang besar, seperti pohon jati,selubin,kesambi dan soko. Tetapi waktu telah berlalu, lambat laun pohon - pohon tersebut sudah banyak yang di tebangi untuk pembagunan rumah dan masjid. Dan banyak sawah - sawah yang sudah menghilang akibat di alih fungsikan menjadi perumahan.
            Suatu saat Pak Inggi tiba di desa Wono Sari, tiba - tiba kuda kesayangan nya yang dinaiki untuk pergi ke desa Wanar memberontak dan marah, seketika itu pun Pak Inggi terkejut dan jatuh. Lalu punggung Pak Inggi di gigit hingga berlubang oleh kuda kesayangan nya, atau “Krowak”. Gara - gara kejadian inilah maka desa Wono Sari diubah nama nya menjadi desa “Kowak”. Dari perpindahan nama itu desa Kowak banyak mengalami perubahan, yang awal nya banyak dihuni pepohonan dan sawah - sawah sekarang menjadi desa yang padat dengan rumah - rumah. Dahulu nya persawahan di desa Kowak adalah sawah yang subur, karena di area persawahan  terdapat tempat penampungan air ( Irigasi ) yang mengelilingi area persawahan, yang digunakan sebagai penampungan air pada saat musim hujan.
Dimana air nya berasal dari dataran - dataran tinggi sekitar desa. Dengan irigasi inilah masyarakat desa Kowak melakukan penanaman padi hingga dua kali dan penanaman tembakau, tanpa takut kekeringan atau kekurangan air pada saat musim panas.
            Dahulu irigasi ini juga dapat digunakan untuk memandikan hewan kerbau dan sapi, karena masyarakat setempat banyak yang memelihara hewan kerbau dan sapi untuk di gunakan membajak sawah secara tradisional. Dan sekarang hewan - hewan tersebut hanyalah cerita belaka, perubahan ini kemungkinan besar di sebankan  oleh pola hidup sosial dan produksi serta kemajuan teknologi pada masyarakat . Dan sistem pembalakan atau pembajakan hewan berubah menjadi sistem hewan ternak atau hewan peliharaan, disamping itu permintaan daging hewan ternak di pasar semakin tinggi, karena harga jual hewan - hewan tersebut cukup tinggi dan merubah pola fikir masyarakat yang menginginkan kesejahteraan kepada keluarga nya. Di samping itu juga ada faktor lain yaitu irigasi yang dahulu digunakan masyarakat untuk mengairi area persawahan dan memandikan hewan sekarang sudah tidak ada karena dihilangkan untuk dijadikan jalan dan rumah, hal ini yang menyebab kan hilang nya hewan - hewan yang digunakan untuk pembajakan sawah.
            Penduduk desa Kowak sebagian besar sangat menggantungkan hidupnya dari produksi pertanian sawah, dengan sawah ini mereka dapat memproduksi tanaman padi,tembakau,kacang dan kedelai. Tapi sekarang banyak para petani yang mengubah sawah nya menjadi perumahan,ditanami pohon jati dan ada juga yang dibiarkan tanpa di rawat. Mereka tidak berprofesi lagi menjadi petani melainkan merantau pergi keluar kota dan banyak para pemuda yang sekolah maupun bekerja di kota.  Inilah yang mejadikan kondisi desa mengalami krisis tenaga kerja produktif di sektor pertanian. Akhirnya pelan - pelan dan pasti banyak lahan - lahan persawahan yang sebelum nya produktif menjadi terbengkalai.
            Dan sekarang aku melihat desa kowak menjadi tempat yang sangat berbeda, banyak anak - anak kecil sudah di biarkan oleh orang tuanya untuk menggunakan kendaraan bermotor yang semesti nya belum mereka gunakan yang setiap hari berlalu lalang di jalan tiada hentinya. Dan banyak asap - asap dari pabrik tembakau yang membumbung tinggi seakan - akan menutupi awan putih di langit yang biru dan menghalangi matahari untuk memancarkan sinar nya. Langit seketika itu pun berubah warna nya menjadi pucat saat asap - asap kendaraan dan pabrik mengumpul menjadi  satu. Dahulunya pabrik - pabrik tersebut belum ada tetapi sekarang banyak pabrik yang didirikan alasan nya desa kowak banyak memproduksi tanaman tembakau.
            Lalu aku sejenak berfikir merenungkan, kenapa desa saya yang semula hijau dan sejuk tapi sekarang berubah seratus delapan puluh derajat menjadi desa yang panas, kering, dan gersang. Dan aku pun mendatangi teman ku dan bertanya,“ kenapa desa kita berubah “ ujar ku. Teman ku menjawab,” mungkin ini akibat tidak adanya rasa kasih sayang terhadap lingkungan”. Aku pun bertanya lagi,” maksud nya gimana ?”. Dia menjawab pertanyaan ku dengan lugas,” mereka yang tidak pernah memikirkan keadaan lingkungan nya, yang mereka fikirkan hanya lah cuma hidup kaya. Tanpa mereka sadari perbuatan yang dianggap nya sebelah mata ternyata dampak nya sangat merugikan “.
            Dan aku pun menyimpulkan sebagai manusia kita hanya meminta kepada alam, tetapi alam sekitar tidak pernah menuntut kepada manusia. Mereka hanya ingin dirawat dan dicintai, justru manusia lah yang membutuh kan alam. Tanpa alam manusia tidak akan hidup dan tidak akan pernah dilahirkan, padahal manusia setiap hari menghirup oksigen dari tumbuhan. seharus nya manusia sadar akan hal itu. Bukan sadar ketika alam sudah meluapkan kemarahan nya.


PENULIS: MUCHID MURTADHO 

No comments:

Post a Comment