Contoh cerita mini(Cermin)
Setibamu di Kotaku
“Kau
masih ingat denganku,bukan?” Bau asap rokok memenuhi rongga dadaku.”Maaf,aku
lupa kalau kau tak merokok,” Kami diam
saja sambil melanjutkan kesibukan kami masing-masing.Tidak seperti dia yang
dulu,yang selalu tersenyum dan banyak cerita lucu.Bukan seperti saat
ini,kebisuan menghadiri majlis kami.
“Sejak
kapan engaku berhubungan dengan asap-asap itu?”batinku. Terlalu banyak jeda diantara kami,atau
sebaiknya aku pulang saja dan kembali esok hari untuk berbincang dengannya lagi
serta menyelesaikan obrolan yang belum selesai.Ataukah aku tak usah kembali
lagi karena jika aku datang dan menemuinya lagi,pasti asap-asap beku itu yang
akan membuang waktuku lagi menjadi serpih-serpih tak berguna.Baiklah aku akan
kembali esok hari.Kubawa bacaan-bacaan dan novel-novel terbaru yang belum
sempat kubaca untuk mencairkan suasana diantara kami.Aku tak mau jamuran
seperti ini.Diam,menantikan bibirnya mengeluarkan suara atau bahkan asap-asap
durjana itu lagi.
Setibamu dikotaku,pagi menjadi teramat sejuk,embun-embun
enggan beranjak meski sinar mentari telah perlahan pergi dari dalam
jendela-jendela rumah. Kuncup-kuncup
kembang menjadi semarak taman bunga serupa kota sedang semarak festifval bunga.Aku
mengingatmu pernah memberikanku sekuntum melati yang masih merekah malu-malu,
namun harumnya bisa engkau bayangkan sendiri,bukan,begitu katamu waktu itu.
Ketika aku menanyakan mengapa mesti yang belum sempurna.Diapun menjelaskannya
lagi ,kesempurnaan belumlah menjadi faktor penentu keharuman .Pelajarilah
kuntum melati itu,ia mengharum meski kelopaknya belum sempurnya ,aromanya
terbawa angina,dan ketika orang mendekati,maka ia akan bingung dari kuntum
manakah aroma harum itu,sebab semakin terdekati,maka melati menundukkan
harumnya,menjadi wangi-wangi pad secangkir the atau seduhan masker-masker
kecantikan.Aku manggut-manggut saja,meski tak seluruhnya aku menyetujui
pendapat itu.
“ah,bagiku engaku terlalu sempurna,saat itu.tapi…” “Iya, ada apa ?” pandangannya menanya
kepadku, sepertinya ia mengetahui bahwa aku meragukannya,saat ini .
Aku terganggu dan tersenyum, membantah sendiri keraguanku
tentangnya.Ia memandangku lama,menunggu jawaban dari hening yang kucipta.
“Tidak,aku tidak berbicar apapun.” “masih juga berbohong.” ‘…’
aku linglung,tergagap dengan sempurna .
Bulshitt,kenapa ia mengetahui jalan pikirku begitu rupa
.Aku masih seperti yang ada dalam benakmu,seperti shinta yang menantikan sri
rama menjemputnya dalam rahwana.
“Hai,pagi.””sudah lama ?” Aku tersenyum saja tanpa menoleh
kepadanya. Ekor mataku melirik bayangannya .Ternyata sama ,sapaannya pun tanpa
harus mau tahu apa yang kulakukan .Hmmmmm ,sepertinya aku Dewi Shinta harus
lebih bersabar lagi,pikirku dalam hati.
“Oooo,itu,bagus,ceritanya menarik, setelah selesai kau baca
nanti temui aku diteras belakang,ada yang ingin kubicarakan .”
Belum sempat kujawab,bayangannya telah hilang dari arah
suarnya berasal tadi.Huft.Masih kulanjutkan bacaanku,sambil sesekali melihat jam
semenjak tawarannya padaku tadi.Aku menutup novel baru yang kubaca kali ini.
Kulangkahkan kakiku diteras belakang.masih kudapati dia disini.
“Masih disini,ada apa?”
tanyaku kemudian. “Duduklah,biar
lebih santai kita berbicara ,kopi itu buatmu, minumlah….” Jawabnya santai
dengan senyum khasnya.
Aku mengambil duduk di seberang meja dihadapannya .Kudapati
ia tanpa asap nikotin itu. Kuminum sedikit kopi telah diseduhkan untukku.Dia
masih mengingat kopi krim kesukaaanku.Terima kasih masih mengingat segala yang
kusuka,aku berbunga-bunga.
“Aku tak bisa tanpamu”
“Lantas….” Aku
bingung.
Dia menggandeng tanganku dan membawaku menyusuri aroma
melati yang semerbak ditiup angina.Kami mengembara diantar putih mahkotanya
yang berhamburan,menjelma bidadari dengan sayap-sayap indahnya. Menabur bulir-bulir
embun diantar gugusan mega-mega kisah:asap rokok ,embun,kelopak melati dan
seduhan kopi krimmer…
Penulis :Anis Choirun Niswah
Ini mah cerpen, bukan cermin
ReplyDelete